Hanya orang yang berani bermain dan menari bersama ombak yang tidak akan terhempas pada batu karang, tapi sebaliknya, akan mencumbui batu karang, akan datang bersama hempasan ombak, akan melumat bibir pantai, dan ia bergumam, "Betapa nikmat dan asinnya garam kehidupan!"

Kamis, 25 Agustus 2011

Ada Apa Dengan Kampus

Sabda Rasulullah SAW “ketahuilah, akan aku kabarkan kepadamu bagaimana seorang mukmin itu dapat disebut mukmin yaitu dengan memperbaiki keadaan masyarakat dengan diri dan harta mereka”.
Sesungguhnya orang yang akan ditinggikan derajat oleh Allah adalah orang yang berilmu dan ilmunya dipergunakan kepada hal kebajikan atau dijalan Allah

Arus globalisasi yang terjadi telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap perkembangan peradaban manusia dari segala aspek kehidupan. Tak terkecuali dunia kampus yang telah terhipnotis dengan gemerlapnya budaya modernisasi. Kampus yang selama ini diagung-agungkan telah ternodai oleh sebuah budaya yang terlahir dari strategi kapitalis dan konco-konconya. Namun, para mujahid mudah tak henti-hentinya juga membangun sebuah sistem yang bertujuan untuk menetralisir perkembangan budaya dan sistem yang ada.

Kampus hadir sebagai sebuah komunitas intelektual sebagai oposisi dari komunitas penindas dan kehidupan sistem birokrasi yang tak beres. Dimana, sistem birokrasi yang terbangun belum mampu untuk membimbing rakyat menuju kepada kehidupan yang lebih bersahaja, lahir dan batin. Akan tetapi sistem yang terbangun lebih di dasarkan atas kepentingan golongan tertentu atau pribadi baik ditinjau dari segi hukum dan sistem perekonomian.


Budaya dan komunitas oposisi yang lahir dalam dunia kampus diharapkan mampu untuk mempengaruhi dan mengkanter budaya kapitalis, kolinielisme dan bentuk-bentuk penindasan lainnya. Namun sejalan dengan perkembangan dan bergulirnya waktu kampus kini telah mengalami penurunan nilai dalam membangun bangsa secara keseluruhan. Olehnya itu perlu ada revolusi yang terjadi dalam lingkungan kampus sebagai upaya membangun kembali generasi bangsa yang kritis dan bermoral.

Secara umum revolusi kampus terjadi di pengaruhi oleh beberapa hal yang pertama, konteks sosial kampus yang nampaknya belum mampu untuk mengadakan suatu pembaharuan sebagai masyarakat intelek. Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa telah mengalami kebuntuan yang kurang menghasilkan sebagai final value yang akurat. Segala bentuk kebijakan dan beberapa gagasan yang muncul makin jauh bergeser dari nilai kerakyatan dan demokratis.

Kedua, kecenderungan pemikiran mahasiswa mengarah kepada bagaimana ia sukses dengan segala bentuk kemewahan tanpa memperhatikan fenomena sosial. Keinginan untuk sukses yang sangat besar telah membuat sebagian besar manusia menjadi gelap mata dan memanfaatkan segala macam cara. Mahasiswa sebagai pengayon masyarakat kini telah disibutkan oleh aktivitas yang tujuan akhirnya adalah kebutuhan perut belaka.

Pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah hanya akan menciptakan manusia-manusia drakula yang akan menghisap darah rakyat. Sistem pendidikan telah menciptakan manusia yang ditakuti melebihi ketakutan kita kepada Allah sebagai pencipta segala makhluk yang ada di alam semseta ini. Hantu dan drakula itu telah menakuti dan menghisap darah manusia di siang bolong tak kenal waktu dan tempat.

Ketiga, praktek pembunuhan karakter yang terjadi di dunia kampus seperti yang terlihat dengan sikap dosen yang terkadang memaksakan segala bentuk kebijaksanaan yang sebenarnya telah menindas mahasiswa. Sistem perkuliahan yang seenaknya saja diatur oleh dosen seperti memindah-mindahkan jadual akademik dan masuk mengajar sesuai kesempatannya saja yang secara tak sadar telah menghancurkan dinamika perkuliahan. Lagi pula mahasiswa bukanlah robot yang hanya menerima ilmu dari hasil suntikan program akan tetapi mahasiswa juga manusia yang butuh akan dinamika hidup yang beragam agar supaya hidup ini lebih kompleks dan bermakna.

Kampus adalah perkumpulan dari orang-orang intelektual dalam melakukan suatu pematangan diri menuju kepada kehidupan sosial masyarakat yang berdemokrasi. Di dalam kampus tak jarang terjadi suatu perbenturan-perbenturan yang sesungguhnya mereka tak sadari bahwa semua itu terjadi dari adanya kepentingan yang lebih mengedepankan keakuan atau individualistis semata.
Perkembangan informasi global dunia saat sekarang ini empat kali lebih cepat percepatannya. Hal ini yang akan membawa dampak yang sangat besar terhadap pola kehidupan manusia dan budaya yang berkembang. Dengan demikian menjadi sosok yang ideal akan sulit terjadi ketika kita takut menghadang dan melawan arus sistem, yang kebanyakan diadopsi dari orde baru, kaum kapitalis, dan kolonialisme.

Paham-paham itu juga telah merambah masuk ke dalam wilayah kampus kita seperti yang dapat kita lihat pada peraturan pemerintah Repeblik Indonesia nomor 61 tahun 1999 tentang penetapan perguruan tinggi sebagai badan hukum pendidikan. Secara nyata, ruang gerak kita telah dibatasi oleh aturan-aturan yang hanya akan membuat kita menjadi patung atau boneka yang hanya akan digerakkan oleh sebuah sistem yang telah diatur. Keadaan ini akan membawa dampak besar terhadap jati diri mahasiswa yang menjadi sebagai penggerak, penyeimbang, dan pendobrak.
Di sisi lain, akan memicu biaya pendidikan yang sangat besar dan langkah awal dari swastanisasi pendidikan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa budaya mahasiswa telah terkontaminasi dengan budaya pop (popularitas) yang kecenderungannya bagi mereka adalah kemewahan, keindahan, hura-hura, dan gemerlapnya dunia metropolitan merupakan sesuatu yang harus dinikmati. Keadaan tersebut secara perlahan-lahan telah menggorogoti pemikiran-pemikiran anak muda khususnya bagi mereka yang memiliki latar belakang keluarga kalangan atas. Orang tua mereka yang sibuk dengan kantor dan kerja tanpa ada perhatian lagi kepada anak dan keluarganya. Budaya kampus akan semakin parah ketika dunia kampus hanya terbuka bagi mereka yang berduit dan berpangkat.

Dampak dari keadaan di atas adalah mudahnya terpecah belah antara kalangan mahasiswa sendiri yang membawa citra mahasiswa dan almamater menjadi sangat terhina. Keadaan ini pun dimanfaatkan oleh kalangan politikus dalam mempengaruhi pergerakan mahasiswa hari ini. Oleh karena itu, sangat bohong ketika ingin mengadakan sebuah perubahan tanpa melakukan analisis dari segi pencitraan kita untuk menarik simpati dan kemuliaan dari sebuah perjuangan.

Kecenderungan dunia kampus sekarang ini dalam menghasilkan suatu out-put yang berkualitas dan bertarap internasional dengan mengambil ukuran banyaknya alumni yang bekerja pada instansi yang berkualitas. Perlombaan dalam bidang teknologi yang juga mengakibatkan kehidupan sosial menjadi tidak seimbang dan melupakan bahwa masyarakat sekarang ini sangat rindu akan kehidupan primordial. Disisi lain mereka melupakan bahwa pendidikan adalah sebagai alat untuk menciptakan manusia yang beradab dan bijaksana adalah sangat penting dibandingkan dengan tujuan karena finansial saja.


Silahkan Baca juga Postingan berikut:

0 comments:

Mau jadi pertamax?

Segera tuliskan komentar Anda mumpung masih kosong dan jadilah yang pertamax. Di sinilah tempat Anda untuk menuliskan curahan hati atas tulisan saya di atas baik berupa apresiasi, saran, kritikan, atau pertanyaan jika memang kurang jelas atau tambahan jika memang kurang lengkap.

Komentar Anda sangat MEDIA FIKSI butuhkan untuk pengembangan kualitas blog MEDIA FIKSI ini ke depan. Mari terus belajar dan berbagi karena belajar dan berbagi itu indah. Terima Kasih.

Silahkan Berkomentar

Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.

KOMENTAR

TULISAN TERBARU