Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat keruasakn dipermukaan bumi. (QS. Al-Qashash 77)
Awal kehadiran kapitalisme misalnya Jepan, dan Belanda yang masuk ke Indonesia ini sangat menonjolkan sikap keras dan egoisme yang berlebihan. Sejarah dan moyang kita telah bercerita kepada anak cucunya bahwa mereka tidak memiliki kepedulian terhadap anak-anak, wanita, orang-orang lemah, dan kepada fakir miskin. Mereka memaksa anak-anak, wanita dan orang miskin bekerja secara paksa di pabrik-pabrik dengan upah yang sangat kecil agar tidak digilas oleh kekejaman hidup dan kebrutalan orang-orang kuat yang sudah merasa hidup dalam dunia yang modern, orang-orang yang berhati batu, bahkan lebih keras.
Suara tangis dari orang-orang miskin yang meminta belas kasihan, yang meminta keadilan, telah berubah menjadi teriakan perlawanan menentang kapitalisme tetapi kenapa hanya orang miskin. Akankah seorang bapak hari ini takut untuk bersuara atas nama anaknya (rakyat). Mengapa seorang bapak melepaskan tanggung jawabnya hanya karena takut miskin, maka satu kata buat bapakku yaitu ‘berhentilah engkau jadi bapakku’. Wahai bapakku dengarkanlah :
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada meraka. (QS. Al-An’am 151)
Dalam ayat yang lain :
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi irzki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesuingguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa besar. (QS. Al-Isra’ 31)
Sekarang kita mengerti bahwa kemiskinan dan ketertindasannya mereka bukan semata-mata karena mereka malas akan tetapi yang menjadi penyebab utama disini adalah keadilah yang tidak diberikan kepada mereka. Di era yang sekarang ini, potensi orang miskin untuk menjadi kaya telah ditutup, tidak ada lahan baginya, alat dan bahan untuk melakukan pekerjaan pun tidak untuk mereka, hanyalah pilihan menjadi buruh dengan upah yang sangat rendah yang dibuka, pendidikan yang tinggi tertutup untuk mereka, kebijakan-kebijakan ekonomi pemerintah hanya untuk kepentingan golongan tertentu di luar orang miskin. Kasihan orang miskin.
Pernahkah kita berpikir bahwa apa yang kita lakukan dan dapatkan sekarang ini adalah semata-mata dari ridho Allah? Namun, pada kenyataannya kita menghabiskan semua harta dan sisa-sisa umur kita untuk dinikmati sendiri. Allah tidak pernah membutuhkan sesuatu dari manusia yang kerdil itu akan tetapi manusia yang selalu butuh akan Allah SWT dan alangkah tak bermoral dan ruginya kita jika semua nikmat yang diberikan oleh Allah kita tidak dipergunakan untuk kemaslahatan ummat.
Islam tidak setuju terhadap anggapan terhadap orang kaya bahwa mereka adalah pemilik absolut terhadap harta kekayaannya. Mereka adalah pemilik pertama dan terakhir. Dalam artian mereka bebas untuk memberlakukan hartanya. Sedangkan dalam islam mempunyai hal-hal yang istimewa yang tidak dimiliki oleh yang lain ; pertama, sejak 14 abad yang lalu islam sudah mengakui hak-hak orang miskin dan memberikan jaminan hak kepada orang yang kalah dalam peperangan. Kedua, bahwa hak-hak yang ditentukan dan undang-undang tidak sekedar dibuat akan tetapi untuk mengatur kehidupan manusia sepanjang masa (otentisitas). Ketiga, aturan dan undang-undang yang ditetapkan tidak ada campur tangan manusia dengan segala sifat hawa nafsunya yang bisa memberi dampak yang sangat jelek terhadap perkembangan generasi atau bersifat universal dan sempurna. Ketiga hal tersebut, mampu untuk dipertanggungjawbkan dengan analisis yang rasional.
Dengan jaminan tersebut maka, tidak ada alasan untuk memakai kapitalisme sebagai pembenaran kepada orang-orang kuat untuk menindas yang lemah dan tidak ingin membantu mereka. Walaupun demikian merampas harta kaum borjuis juga merupakan sesuatu yang salah karena pada kenyataanya tidak sedikit orang yang kaya dan kuat yang berbaik hati terhadap kaum lemah. Islam juga mengakui terntang kepemilikan pribadi yang kemudian ini dijadikan sebagai prinsip sistem ekonomi.
Sebaik-baik harta yang baik adalah harta yang di tangan orang yang baik.
Dengan demikian diri dan pendidikan hati nurani menjadi prioritas utama dalam pandangan islam dan tatanan negara yang diharapkan untuk mendukung.
Mampukah seorang makhluk akan memberikan sesuatu yang tidak dimiliki oleh Pemilik segala sesuatu? Apakah pemilik segala kepuasan mengharapkan lagi kepuasan? Ataukah pemilik semua kakuasaan masih mengharapkan kekuasaan? Dan akankah pemilik semua amal ibadah masih mengharapkan ibadah? Kenapa masih banyak makhluk yang merasa hebat, hidup di dunia yang hanya tempat persinggahan dan pinjaman dari Allah dengan segala kesombongan dan keangkuhan mereka.
Dan apabila diikatakan kepada mereka :’ Nafkahkanlah sebahagian dari rizki yang diberikan Allah kepadamu, maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang mukmin : apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki maka tentulah Dia akan memberi makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata. (QS. Yasin 47)
Dan Musa berkata : sekiranya kalian dan seluruh yang ada di muka bumi bersikap kafir maka sesungguhnya Allah tetaplah Yang Maha Kaya Lagi Maha Terpuji (QS. Al-Hajj : 64)
sudahkah anda membantu orang miskin?)
Ramli Palammai. Bulukumba, September 2011


0 comments:
Segera tuliskan komentar Anda mumpung masih kosong dan jadilah yang pertamax. Di sinilah tempat Anda untuk menuliskan curahan hati atas tulisan saya di atas baik berupa apresiasi, saran, kritikan, atau pertanyaan jika memang kurang jelas atau tambahan jika memang kurang lengkap.
Komentar Anda sangat MEDIA FIKSI butuhkan untuk pengembangan kualitas blog MEDIA FIKSI ini ke depan. Mari terus belajar dan berbagi karena belajar dan berbagi itu indah. Terima Kasih.
Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.