/9/
Di rumah sakit. Di kota. “Ibu anda harus segera dioperasi!” Kata seorang dokter. Senja tertegung, memperhatikan uang di dalam tas tangannya, tinggal tiga lembar uang seratusan. “Ok! Silahkan dipikirkan, dan berikan kejelasan secara cepat untuk kesanggupannya!”
Di ruang tunggu, di bangku yang panjang, Senja tertunduk dengan mata yang sembab. Kedatangan seorang pemuda duduk di sampingnya tak ia sadari. Tangan yang menyentuh pundaknya membuatnya kaget. Pemuda itu menarik tangannya saat Senja memperlihatkan alisnya yang berkerut.
“Sepertinya kamu dalam masalah, bolehkah aku membantu!” pemuda itu mengakhiri ucapannya dengan senyum yang sangat bersahaja dan meyakinkan. Senja mengambil pulpen dan kertas dari dalam tasnya, lalu menulis sesuatu, memberikan kertas itu kepada pemuda tersebut.
“Jadi ini masalahmu?” Kata pemuda itu.
Senja mengangguk dengan linangan air mata karena di saat itu terlintas wajah ibu yang tersayang sedang tak berdaya di kamar pesakitan. Dengan tipu muslihat yang kuat dari pemuda itu didukung ketakutan Senja yang teramat sangat terhadap kondisi kesehatan ibunya, maka Senja pun terjerat. Dan janji untuk bertemu dengan seseorang sebentar malam pun ditentukan.
/10/
Dari sebuah puncak bukit, kita dapat menyaksikan sebuah perkampungan kecil, rumah-rumah penduduk yang bertebaran secara tidak teratur. Rumah-rumah itu seperti menyatu dengan rerimbunan pohon yang berdiri kokoh di sekitarnya. Pohon-pohon itu kelihatan begitu bersahabat dengan rumah-rumah yang berada di sekitarnya. Daun dan ranting-rantingnya menjulur-julur seakan sedang membelai lembut rumah-rumah itu. Asap yang keluar dari ubun-ubun rumah memberikan tanda bahwa rumah-rumah itu masih berpenghuni. Bila malam tiba, kampung tersebut gelap, hanya beberapa titik cahaya yang bisa kita saksikan dari sebuah lentera kecil yang bergantungan di ruang tengah rumah. Belum ada listrik yang masuk di desa itu.
Di sudut desa itu, terdapat rumah yang berdiri agak terpisah dengan kawanan rumah yang lainnya. Sama dengan rumah-rumah yang lainnya, rumah itu terlihat menyatu dengan rerimbunan pohon-pohon yang berdiri kokoh di sekitarnya. Rumah itu terasa nyaman dalam dekapan pohon-pohon yang rimbun. Itulah rumah orang tua Senja. Rafli tampak kebingungan karena mendapati rumah itu tidak berpenghuni.
“Maaf! Penghuni rumah ini ke kemana ya?” Tanya Rafli kepada salah seorang warga yang melintas secara kebetulan.
“Oh! Ini rumah nak Senja, ia ke kota membawa ibunya ke rumah sakit, kemarin.”
Setelah berterima kasih, Rafli memutar mobilnya, meluncur, menyapu dedaunan di jalanan.
/11/
Malam di kota sangat ramai. Sebelum ia sampai ke rumah sakit, Rafli berniat singgah di rumah ayahnya tirinya. Namun, ia dipertemuakan dengan kenyataan yang sangat menyakitkan. Sebelum mobilnya memasuki pagar rumah ayahnya, ia melihat Senja keluar dari pintu rumah itu, hatinya berdebar, badannya serasa panas, selanjutnya ia tertegung dengan air mata yang mengalir dan ia terisak saat ayah tirinya mengecup kening Senja. “Datanglah kapan saja! Saat kau membutuhkan bantuan!”
Senja tak menanggapinya, cepat-cepat berbalik badan dengan air mata yang berderai. Sesekali ia memperbaiki rambutnya yang kusut, serta BH-nya yang mungkin belum pas posisinya. Sementara itu, Rafli yang juga berlinangan air mata terus memperhatikan Senja meninggalkan halaman rumah dengan tas bergantung di bahunya. Senja berhenti di trotoar yang cukup terang, tampak ia menunggu sebuah taksi. Namun, yang datang bukan taksi, tapi segerombolan pemuda yang secepat kilat merebut tas Senja. Meronta, Senja meronta-ronta sambil mempertahankan tasnya dengan sekuat tenaga. Rafli yang menyaksikan hal itu segera turun dari mobilnya. Ia menyerang gerombolan secara membabi buta. Dan sebuah tusukan benda tajam berhasil menyelinap ke dalam perutnya, darah segar mengucur. Orang-orang yang kebetulan menyaksikan peristiwa tersebut berdatangan, dan gerombolan pemuda itu pun menghilang.
Jumat, 16 Desember 2011
Hiburan Episode 9, 10, & 11
Langganan:
Posting Komentar (RSS)

2 comments:
masih bersambungkah? bagaimana kisah senja dan Raffi selanjutnya? apa raffi akan mati? akh bikin penasaran aja...
maaf baru bisa berkunjung lagi...
tes koment
Silahkan berkomentar dengan bijak sesuai tema tulisan. Gunakan Name/URL untuk memudahkan saya merespon komentar Anda.